Wednesday, January 19, 2011

Ketemuan

Setelah pulang dari Sentosa, kita ketemuan sama adikku kedua. Janjian di Vivo City. Kita nggak tau kalo tuh mall gedhe banget, jadi kami agak lama nunggunya.

Setelah ketemu lalu kami diajak m di Boon Tong Kie. Itu resto Chinese food ramenya aujudubilah. Ngantri panjang, untung iparku pinter cari telusupan. Nggak lama kemudian kami masuk deh, he...he...he...

Adikku ini boleh dibilang pelajar mandiri. Dalam keadaan papa harus mondar-mandir Bandung-Jakarta saat menempuh S2, dia tetap rajin belajar meraih juara umum saat lulus SMP. Guru-gurunya heran banget begitu tahu mama otomatis hanya sendirian bersama anak-anak di rumah papa kuliah di UI. Sampe SMA pun di Kediri dia juara. Nggak usah negri-negrian tetap bisa masuk ITB. Hebat kan?

Satu hal selalu membekas dalam ingatanku itu adalah pertengkaran masa kecil kami. Suatu kali kami berantem, nggak tau tentang apa. Lalu karena mau disambit kita lari ngumpet ke kamar mandi lalu kita konci. Adikku ini tungguin terus kita pun tak berani keluar. Lalu, entah karena ada mau mandi or karena dia dipanggil Mama, akhirnya kita dilepaskan sambil ngomong gini, "Kali ini gw ampunin ya Ya, awas lain kali!" Secara tak sadar pengalaman ini memampukanku mengampuni orang lain, walaupun itu sesuatu sulit, ha3. Adikku ini juga satu-satunya memahami pergumulanku menjadi hamba Tuhan. Dia bikin ortuku rela melepas anak perempuan satu-satunya ini untuk melayani 2 tahun di Perkantas sebelum kerja beneran.

Setelah kami tua beranak pinak malah jarang ketemuan, karena itu kita senang sekali kemaren bisa ketemu setelah sekian lama. Kita tau pola hidup mereka dari bincang-bincang dengannya. Luv u always.

Monday, January 10, 2011

Jumpa Lagi

Hari kedua di sana, kami isi dengan menjenguk Pulau Sentosa, secara bapak anak belum pernah melihat pulau sohor ini. Banyak berubah, antara lain stasiun monorail di dalam pulau itu jadi ada 3, 12 tahun lalu kan hanya satu. Isinya tentu aja banyak ditambah, mungkin karena pemerintah melihat animo sangat besar dari berbagai negara untuk mengunjungi pulau ini. Bisa bosen dong kalo cuman itu-itu aja.

Ke sininya juga pake perjuangan, biar Jessie ngerasain enaknya mass transport menambah kesempatan untuk berakrab ria dengan Audrey. Dari apartemen kami jalan ke stasiun bus terdekat lalu turun di dhoby ghout. Lalu cari ke harbour front. Nggak lama, turun deh di vivo city. Tadinya mau ngelanjutin pake bus ke sentosa, tapi udah ditiad or kitanya nggak tau tempat pemberhentiannya. Jadi, dari lantai tiga kami naik monorail ke sentosa.

Ada pengalaman menarik di vivo city. Eskalator menuju ke lantai 3 itu rusak. Kita liat otomatis orang ngantri naik turun manual di satu eskalator. Memang jadi lama, tapi ketertibannya membuat semua jadi lancar. Coba kalo keruyukan, saling berebut mau naik dulu-duluan, mana bisa lah cepet nyampe di lantai 3.

Sesampainya di lantai 3 itu udah keliatan liak-liuk orang antri beli karcis terusan buat di Sentosa. Kami langsung masuk ke antrian untuk naik monorail. Penjagaan ketat tapi bersahabat. Kala mau masuk dengan tagging tiket MRT, Audrey nggak bisa lewat karena isi kartu MRT nya nggak cukup. Penjaganya dengan cepat menolong. Audrey tetap di luar dia lari belikan tiket monorailnya. Wah, luar biasaaa....., padahal antrian tiket monorail panjang sekali. Tapi dia bisa cepat dapatkan tiketnya, kali dia tahu kalo kami dari Indo. Saking penuhnya, udah nggak bisa duduk deh, tapi nggak lama koq, monorail sudah memasuki kawasan Sentosa. Kala sampe di beach station kami pikir masih ada satu stasiun lagi, eh tuh monorail balik ke imbiah station, cepet2 deh turun, ntar kalo maju lagi ke vivo city bisa cuman bolak-balik di dalam monorail dong?

Tujuan pertama adalah teater 4 dimensi. Kami nonton Pirates. Wah, asyik deh di dalam gedung itu. Berbekalkan kacamata, kami diayun-ayun seolah ikut bermain di film itu. Kalo seolah-olah ada di lokasi film itu kan masih 3 dimensi, kala salah satu dikerubutin kelelawar, di sekitar kaki seolah-olah terasa kibasan sayap kelelawar. Lalu, kala tertimpa air, betul-betul tuh kesemprot air. Ini kali menjadikannya 4 dimensi.

Abis ngantri, langsung makan. Laper bo....! Mana ujan lagi, tapi asyik m hot dog anget sambil ujan-ujanan. Lalu kita masuk ke Images of Singapore. Banyak adegan peristuwa bersejarah dicerit sedemikian gamblang, sehingga generasi demi generasi mengerti kenapa Singapura dibangun bersama oleh keempat etnik: Tionghoa, India, Malay londo. Suatu kali kami masuk di sebuah ruangan. Di sana ada meja kursi kayu tempat orang duduk-duduk di warung. Karena lelah, kita duduk aja di sana. Tau-tau ada orang India motret aku, dikiranya kita bagian dari properti ruangan kali. Kala kita bergerak, dia kaget setengah mati, sementara kita nggak kuat nahan ketawa. Ada-ada aja!

Selesai kunjungan di jalan keluar dari Images of Singapore, kami samapai ke toko cinderamata. Barangnya lucu-lucu sudah sangat berkembang dari bertahun-tahun lalu. Kita senyum lihat Audrey milih-milih mug buat adiknya 2 sepupunya. Biasa, anak-anak. Kalo deket berantem, kalo jauh saling merindukan. Jessie beli mug dindingnya ada airnya, jadi merlionnya ngapung berenang-renang di dinding mug.

Pk 18.00 kami tiba kembali di Vivo City. Nggak lama Audrey dijemput, sementara kita masih ketemuan adikku.

Jika nggak salah, Juni ini dibuka Universal Studio di sana abis itu kasino kayak di Genting.

Sunday, January 9, 2011

Menikmati Malam

Kami tiba di negeri Singa sekitar pk 10.00, lalu mengurus bagasi ketemuan dengan seorang teman SD ku sudah lama menetap di sana, Jane. Kami ngobrol jalan-jalan ke sana ke mari melihat-lihat Changi Airport. Ini bandara paling canggih di astenggr. Pikirku kan pulangnya nggak lewat sini, nah mau explore bandara ini buat Jessie. Setelah m siang kami mampir ke rumahnya Jane, ngobrol dengan maminya, karena maminya Jane ini kenal dengan ciecienya papa.

Lalu, dimulailah perjalanan pertama kami dengan MRT, secara Pasir Ris Gangsa Road, tempatnya A Yen itu juauuuh banget. Jadi kami beli kartu MRT. Ini pengalaman pertama Jessie naik MRT. Dia terheran-heran dengan cara membaca kartunya. Sekarang udah nggak dimasukkin lagi tapi ditag di tempatnya. Karena Pasir Ris perhentian pertama, kami masih dapet tempat duduk. Ternyata jauh banget, karena melalui lebih dari 9 perhentian MRT. Akhirnya kami turun di Clementi. Begitu turun, A Yen Ridwan udah dateng. Wah, betul-betul deh dia bertumbuh menjadi seorang ibu, karakter bawaannya. Bayangin, ampir 11 tahun nggak ketemu. Dari sana kami langsung ke rumahnya. Di rumah ada ortunya A Yen.

Setelah mandi, kami diajak ke Esplanade Theatre, ada konser Natal. Tuh konser ya, luar biasa!!! Mereka bernyanyi tanpa iringan musik, tapi ekspresinya sangat menyenangkan. Bagi aku, tandingan mereka mungkin padus dari Klaten. Keliatan sekali mereka menjiwai Natal itu, bukan hanya sekadar menyanyikan. Banyak juga lagu mereka nyanyikan, hampir 11 lagu.

Abis itu, mulailah kami menikmati malam. Begitu sampai di halaman luar, banyak orang menuliskan wishnya or memasukkannya ke dalam balon melemparkan balon berisi wish itu ke air. Anak-anak m candy floss sambil jalan-jalan. Setelah puas di sana, kami pergi ke Marina Bay, tempat si patung Singa memancarkan air. Katanya, air di sana itu berbeda dari sekelilingnya. Orang rame banget di sana, kebany keluarga dengan anak-anak kecil di stroller or pasangan asyik melihat malam.

Malam di Singapura agak berbeda dari malam di Yogya. Santai aja melenggang, walaupun tetap berhati-hati karena kerumunan orang banyak. Perjalanan hari pertama ini mengisyaratkan kalo ke sini kaki musti kuat jalan. Kala jalan dari Esplanade ke Marina Bay sih nggak berasa jauh, tapi kala pulang, wuauh....pegalnya mak! Juga, mungkin itu sebabnya orang-orang di sini jarang overweight, abis ke mana-mana jalan...

Wednesday, January 5, 2011

Wisata Desa

Suatu kali kami pernah menghabiskan setengah hari di Rumah Budaya Tembi. Rupanya anakku sangat terkesan dengan renangnya, alamnya, makanannya. Lalu dia pernah renang lagi di sana dengan temannya saat kita reunian dengan angkatan 85. seperti Jessie, temannya ini juga senang sekali renang di sana.

Jadilah, kemarin, pagi-pagi kami berangkat ke sana. Kali ini kita mengajak seorang teman juga. Jadi girl party berempat ke Tembi. Sebenarnya udah agak siang, tapi cuaca mendung, jadi anak-anak langsung nyebur. Sementara kita temanku ngobs panjang lebar, ke topik kami ingat untuk dibicarakan. Kira-kira jam 11 perut mulai keroncongan, karena anak-anak hanya sarapan cereal paginya. Kami ke restonya. Anak-anak m nasi goreng burung emprit, kita temanku nyemil tahu susur. Minumannya tetap minuman slendro pelog segar, bikin udara panas tak menyengat kami. Lalu anak-anak kembali renang, kami tetap di resto sambil nyoba koneksi internetnya. Kita sih mindah-mindahin catatan ke buku alamat baru, biar ringkas lengkap.

Kira-kira pk 12.30 kami m siang. Mesennya nasi emprit goreng sama goreng banyak (sejenis angsa). Wah, sedap, apalagi sambalnya sambal mentah lumayan pedes. Terus, air putih disedi dengan berlimpah, jadi nggak haus. Mustinya sih mungkin beli sebotol aqua ya, orang di gerobak minumnya disedi aqua botol, tapi kami memilih air minum biasa agak dingin.

Pk 14.30 ana-anak selesai renang, mandi lalu ontheling menjelajah desa. Masalah timbul kala anak-anak nggak bisa menaiki sepedanya karena terlalu tinggi. Jadilah kami memboncengkan mereka dipandu seorang guide dari rumah Tembi. Pertamanya sih ngeri banget karena udah lama nggak naik sepeda jadi oglak-oglek, menggak-menggok, kiri kanan. Tapi, sesudah 10 kayuhan, oke lah.

Pertama kami diajak melihat kerbau anaknya. Sekalian refresh pengetahuan bahasa Jawanya. Kan di sekolah diajarin nama anak-anak hewan. Mumpung ada contohnya langsung kerbau sapi beserta anaknya masing-masing, kita ingatkan lagi aja. Ternyata paling Jessie ingat itu anaknya gajah, namanya bledug, ha3.

Setelah melihat kerbau, kami diajak melihat kerajinan membuat bingkai cermin dari pelepah daun pisang. Menarik, karena jadi tahu campuran lem dipakai lalu cara membuat tutup vinil belakangnya itu. Dari sana kami beranjak ke kerajinan pre order batik Tembi. Pemiliknya sangat ramah dalam menjelaskan karya-karyanya. Dalam hati, kita naksir nih menjalin kerja sama dengan beliau, siapa tau bisa ngeramein toko onlineku. Bapak ini juga punya guest house seperti Rumah Tembi, tapi hanya dua rumah. Ada pake AC per malamnya 400 rb, trad 350 rb. Cuman nggak tau apakah dapat m 3x sehari seperti di Tembi.

Di jalan pulang kami menjumpai workshop kerajinan tertutup untuk umum, kepunyaan seorang pengusaha australia tinggal di desa Tembi. Mungkin untuk ekspor, jadi khawatir disainnya muncul duluan di toko online sebelum pesanan sampe di tujuan, bisa kena denda cidera janji tuh, hiks.

Perjalanan menjelajah desa ini mengingatkanku desa KKN, rumah-rumahnya masih berlantaikan tanah. Ada teras tempat duduk-duduk sambil dengerin kicau burung perkutut. Juga bau rokok lintingan, umumnya dikonsumsi para pria tua sambil nunggu magriban. Juga tatapan penduduk hadirnya orang asing di tengah-tengah miliu mereka. Beberapa tertawa geli melihat kita naek sepedanya masih nggak lurus. Kita sih sama sekali nggak tersinggung karena di sana kita menatap keceriaan alami sama sekali nggak dipoles jaim-jaiman.

Menghabiskan hari di Tembi terasa cepat berlalu, liburan menyenangkan di selatan Yogya.

Tuesday, January 4, 2011

Merencan Liburan

Tahun lalu, kira-kira seperti kala ini, kami mulai mendo untuk liburan keluarga, ke tempat suamiku diutus tahun sebelumnya.

Kami sadar bahwa biayanya sangat besar persiapannya memerlukan kala banyak. Jika sekadar jalan-jalan ke lain kota sih nggak kepikiran, tapi ini jalan-jalan ke luar negeri, walaupun tapaknya baru bisa sampe Singapura Malaysia. jelas kami bertiga harus giat menabung supaya at least punya uang jajan di negeri orang.

Maka tahun lalu kita bekerja sangat keras menyelesaikan order buku-buku kita terima. Kita juga giat mencari order pesanan kaos seragam supaya ada pembagian dividen sehingga bisa ditabung. Jajan m di luar dikurangi hampir 50%, ternyata itu sangat membantu. Bayangin aja untuk minum saja di resto biasa bisa mencapai 11.000 setiap kali makan, jika 3 x sehari makannya di rumah, berarti ada penghematan 33.000 per hari 900.000 per bulan, belum lagi makannya! Semua bisa dihemat, dihemat lah tahun kemarin.

Puji Tuhan, pertengahan tahun tabungan mulai keliatan hasilnya. Jadi, kami mulai hunting budget ticket melancarkan komunikasi dalam bahasa Inggris bagi anak kami. Karena, dengan kemurahan Tuhan seorang kawan mengundang kami menginap di apartemennya selama di Singapura. Kan mau tidak mau anak kami harus berkomunikasi dengan anak kawan kami itu. Kira-kira September kami mendapat budget ticket luar biasa murah, karena berangkat pulang di hari raya, maka harga tiket dipotong 50%, alahasil pulang pergi kami hanya menghabiskan sekitar 900.000 per orang. Buat bandingan aja, kadang-kadang ke Jakarta dengan Garuda bisa segitu harganya...

September-Oktober kami merancang mau ke mana aja di luar negeri itu. Kalo di Singapura sih kami nggak terlalu khawatir karena sistem transortasinya begitu jelas peta melimpah ruah di mana-mana, lagipula ada kawan kami siap memberi petunjuk. kami khawatirkan adalah di KL karena kawan-kawan tinggal di sana semua menyat dari kota itu. Jadilah, September-Oktober browsing ke mana-mana untuk melihat tempat transportasi selama di KL. Setelah mendapat sedikit gambaran, kita mulai ancang-ancang membuat paspor, karena paspor ini diperlukan untuk memesan tiket bus dari Singapura ke Genting Highlands. November paspor jadi, lalu kita tanya-tanya untuk pembebasan fiskal di bandara.

Sekitar pertengahan November kita mulai aktif di Kaskus mulai posting di bagian travellers sekitar pertengahan Desember. Lalu mulai mencari hotel di KL. Untung ada kawan membantu mencarikan apartemen milik orang Indonesia biasa disew kepada orang Indonesia melancong ke KL. Jadi penginapan di KL beres. Penginapan di Genting pun sudah beres pada bulan ini, karena kawan kami di Singapura segera menguruskan begitu kepastian ke negerinya Genting Highlands didapat.

Akhirnya kami berangkat ke bandara Adisucipto, dengan syarat-syarat udah dilengkapi semuanya. Kali ini perjalanan setengahnya kayak backpacker. Untung udah banyak buku tentang backpacker, jadi ...just go!!!

Search This Blog