Thursday, March 31, 2011

Susah bin sulit

Tuh nggak laen nggak bukan artinya gak ada jalan keluar. Sama seperti di sini gunung, di sana gunung, di mana-mana gunung, artinya tersesat di pegunungan, ha3.

Memang kadang-kadang musti jadi dukun sedikit, supaya terhindar dari bencana. Dukun di sini sih kayaknya lebih kepada memprediksi sesuatu terjadi di masa datang. Soalnya, kalo nggak ngedukun mana bisa tuh mengantisipasi bakalan ada apa, gimana cara mengatasinya, gimana cara mencegahnya, dlsb.nya. Udah icip-icip jadi dukun pun masih dibantah kiri kanan, sampe berant deh semuanya.

Akhirnya sampe deh di kesimpulan itu: susah bin sulit....lit....lit....!

Thursday, March 17, 2011

Selesai Sudah

Minggu siang itu kita menerima berita duka. Seorang kawanku berduka karena ayahnya telah berpulang ke pangkuan Bapa di surga. Kami baru saja pulang dari m siang. Kita langsung menyiapkan keluarga jika kita pergi ke Kebumen, tempat kawanku itu. Lalu suamiku mengingatkan supaya tanya dulu kapan meninggalnya. Jika siang hari, besok pagi saja ke Kebumennya, tapi jika selepas pk 00.00, memang harus berangkat sore itu juga. Ternyata dia berpulang pk 13.00.

Keesokan paginya kami berangkat berlima menuju Kebumen. Ini perjalanan jauhku pertama di daerah Selatan. Rasanya nggak nyampe-nyampe karena pemandangan di Selatan ini sangat monoton. Untung kita telah terlatih di jalanan rusak menuju Purwodadi Grobogan, jadi kala masuk ke Kebumen, jalanannya berlubang di mana-mana, si Mumun tak sampai kejeblos ke lubang dalam.

Rumah kawanku di desa Wotbuwono. Jadi dari jalan raya masih masuk 4 km menuju tempatnya. Saat kami bertemu, kita melihat kesedihan dalam tapi berusaha diatasi karena banyaknya pelayat datang. Ketepatan juga kakaknya kawanku ini adalah guru di sekolahnya Jessie. Hanya dengan duduk berhandai-handai kita tahu sejarah pelayanan ayahnya kawanku pendeta itu. Bagaimana dia menggantungkan hidup sepenuhnya pada kemurahan Tuhan Yesus melayani sampai akhir hayatnya.

Jika dari cerita kita dengar, cara meninggalnya pun termasuk enak. Dia sedang menunggu pendeta melayankan perjamuan kudus di rumah. Saat itu dia ingin ke belakang, lalu tidur-tiduran. Ketika itulah dadanya terasa sesak tak lama kemudian dia meninggal.

Maafkan kita kawan, tak bisa menghantar Bapak sampai ke pemakaman. Kiranya Tuhan menguatkanmu menjalani hari-hari sepi tanpa kehadiran-Nya, namun yakinlah bahwa kasih kekal-Nya selalu menyertaimu.

Search This Blog