Thursday, October 30, 2008

Nangis Dua Kali

Kemaren malam, akhirnya jadi juda nonton Laskar Pelangi. Perjuangan untuk nonton ini seminggu lebih karena menyesuaikan dengan jadwal sahabat keluarga cukup padat.

Film ini bagus di dalam kesederhanaannya. Sebenernya kita tertarik kepada bukunya setelah kawanku berulang kali ngomong kalo cara penulisan Andrea Hirata itu lain dari lain. Halaman-halaman awal kita sempat bosan nggak bisa terima dengan istilah-istilah dari keyakinan lain. Tapi, begitu mata hatiku terbuka misi pendidikan di dalamnya, lanjuuut sampai halaman terakhir.

Film emang nggak pernah sebagus bukunya, hanya film ini sekuelnya terputus-putus. Nggak ada alur kontinu. Ketolong aja dengan konten berbobot.

Pikiran nih film nggak deh nguras air mata seperti film Denias, eh… kala suasana film mulai muram, kala tokoh sekolah itu meninggal di atas meja kerjanya kala guru satu-satunya di sana tak berdaya mengajar lagi, perlahan namun pasti airmata menitik juga. Lebih-lebih kala Lintang terpaksa berhenti sekolah karena ayahnya meninggal, sementara di rumah ia hanya sendiri dengan ketiga adiknya masih kecil, waa…nangis bombay deh.

Kala keluar bioskop kita dengar ada penonton bilang begini sama temennya, “Wah, kita jadi semangat lagi, kita mau kuliah lagi ah!” Nah begini baru namanya sadar, tinggal ngelakoni aja tekadnya itu.

Pertanyaan kritis sempat kita misua bahas adalah ke mana sekolah Muhammadiyah lain?

No comments:

Post a Comment

Search This Blog