Tuesday, May 19, 2009

Anak Semata Wayang

Akhir-akhir ini kita bertemu dengan banyak keluarga anaknya cuma semata wa alias sorangan wae. Ada anaknya laki-laki, ada juga perempuan seperti kami. Kita mendapat cerita bagaimana mereka tumbuh dibesarkan dengan pola-pola tertentu. Hasilnya tentu unik. Ada sebuah keluarga berkecukupan ketemu kita minggu lalu. Mereka sangat menyayangi anak satu-satunya ini dengan cara mencukupkan segalanya, melindunginya dari marabahaya mengarahkan hidup anaknya ini sedemikian rupa sehingga sang anak selalu berada di jalan aman.

Kita ngeri juga sebenarnya punya anak cuman satu, walaupun kita senantiasa mensyukurinya. Ngerinya, kami menjadi ortu over protektif sehingga anak kami ini nggak bisa mengembangkan dirinya secara maksimal. Pikiran kami kadang-kadang berbeda darinya, banyak kali kami deg-degan menuruti jalan pikirannya. Mungkin cerminan dari sikap kami over protektif itu adalah keluarnya banyak aturan harus dipatuhinya. Semua serba jangan, jangan ini, jangan itu. Or semua serba seharusnya. Mungkin dia juga pusing kebany aturan.

Kita bersyukur karena anak kami ini dikaruniai kecerdasan very very good. Selain faktor genetis, mungkin juga karena pola asuh kami senantiasa mengajaknya bercakap-cakap, kadang-kadang berunding bersama, or bahkan berantem debat-debatan. Dia bisa diajak berdiskusi, nggak perlu nerangin hal rumit dengan bahasa anak-anak, bisa langsung mengerti merespon. Selain itu dia terbebas dari kecenderungan orangtua untuk membanding-bandingkan. Kami juga memacunya untuk membandingkan dirinya dengan dirinya sendiri. Jika ini sih kebany epps deh. Perbandingan bermakna itu kan jika terjadi di dalam dirinya sendiri, bukan jika dibandingkan dengan orang lain.

Gimana hasilnya? So far so nice. Kita mengurangi banyak larangan mencoba mengajaknya melihat dari sisi negatif or positifnya. Khususnya aku, berusaha tidak menuntutnya terlalu tinggi banyak. Kita mencoba take it easy, biar dia enjoy sedikit dengan masa kanak-kanaknya. Kalo ulangan dapetnya 87, oke, nggak perlu selalu 100. penting dia tahu sudah mengusah terbaik. paling penting bagi kami, dia nggak jadi anak manja tetapi jadi orang mandiri.

Nggak ada sih sekolah buat orangtua dengan anak tunggal, hmm...

No comments:

Post a Comment

Search This Blog