Monday, December 8, 2008

Setahun Lalu

Pagi 7 Desember itu rinai-rinai hujan membasahi bumi. Dingin pagi mengigit tak cukup kuat membekukan kekhawatiranku. Kami sekeluarga merencan nyekar ke makamnya Mas Janni, bersama dengan istri anak-anaknya. Selain itu kami juga menanam pohon di makamnya.

Ketika kala pelan beranjak ke pk 08.30, hujan tak menampakkan tanda-tanda berhenti. Karena itu kami memutuskan tetap nyekar. Karena harus ambil pohon dulu di rumah salah satu kawan, berhubung Jl. Jambon sedang dilebarkan, kami menunggu di depan Kubota.

Akhirnya kami berangkat pk. 09.40. Si Mumun memimpin di depan, mengambil jalan menuju pabrik gula Madukismo. Setelah itu, mobilnya Mel pimpin jalan, karena kita nggak hafal jalan menuju Sempu V. Mungkin karena hujan, jalanan sepi banget. Nggak sampe 30 menit, kami sudah sampai di makam.

Temanku menanam pohon di kiri kanan makam. Mel bilang supaya suasana makam teduh. Kami sempat guyonan, “Paling-paling Mas Janni nengok dari surga, geleng-geleng lihat cara kita menanam pohon!” Setelah pohon tegak berdiri, kami semua berdoa. Tadinya Mel pengen Khun pimpin doa karena dia paling tua. Rupanya Khun terharu biru sampai nggak sanggup bicara, jadi kita pimpin doa.

Dalam dokita kita memohon supaya Tuhan Yesus membimbing kami semua pernah mengalami melihat keteladanan hidup Mas Janni, tetap menyatukan Mel anak-anak custodynya. Suasana sempat mellow dikit, karena tanpa terasa telah berlalu setahun sejak Mas Janni meninggalkan kami semua secara mendadak. Hidup setahun belakangan ini memang berat bagi kami, apalagi bagi Mel harus menghidupi kelima orang anaknya. Di masa-masa inilah kami sungguh meras pertolongan kasih Tuhan. Tanpa penyertaan-Nya, mana mungkin kami bertahan di badai kehidupan menerjang.

Badai itu sudah berlalu, tinggal meneruskan usaha kami sambil terus mengingat-ingat bagaimana teliti rapinya Mas Janni dalam bekerja.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog