Friday, February 8, 2008

Pay It Forward

Bertahun-tahun lalu kala kita tiba kembali di Bandara Soekarno Hatta, kita kesulitan melepaskan troli barang untuk mengangkat bagasiku. Lalu di dekatku ada seorang perempuan dari benua Afrika. Tanpa dapat ditahan kita bertanya, “Would you mind to help me?” Dengan sigap ia menjawab, “Sure! Why not?” Di situlah kita sangat terkesan. Di dunia internasional kita sama-sama nggak tahu, ada orang mau nolongin aku. Emang sih, cuma ngelepasin troli tapi kalo dia nggak mau nolong?


Tiga tahun lalu saat membaca sebuah novel –Pay It Forward – kita teringat pengalaman di bandara dulu. Kita begitu rindu apa ditulis di dalam novel itu jadi kenyataan di dalam hidupku. Pesannya sederhana: pay it forward to another people, saat kita menerima kebaikan dari seseorang.


Hidup berjalan sepeprti biasa, sampai tiba perayaan Imlek. Karena misua baru sembuh dari infeksi perut, kami m di tempat tergolong bersih. Kala mau berangkat, sekitar pk 21.00 rekan pelayananku telepon. Ceritalah dia jika salah satu mahasiswa bimbingan kami harus operasi usus buntu, tapi masalahnya berkembang karena ternyata dia itu hemophili. Itu kelainan darah, mungkin genetic, di mana darah ke luar nggak bisa beku. Orang seperti ini jika luka kecil aja bisa jadi gawat, apalagi operasi! Jadi, dia harus disuntik obat anti hemophilia, sekali suntik 1,5 juta. Sehari harus dua kali suntik. Keba kan banyaknya uang musti dicari sampai pemulihan pasca operasi. Ortunya nggak mampu ada di Pekanbaru. Hati sudah sedikit senang, langsung menciut lagi. Gimana musti cari uang segitu banyak? Apa kita pura-pura aja nggak tahu ya? Masak gitu sih?


Kita teringat lagi sama novel kita baca dulu itu, pengalaman di bandara. Begitu kuatnya gambaran itu terpampang di hadapanku sampe tanpa kusadari jari jempolku mulai kontak setiap orang kita kenal memaparkan kondisi anak ini lewat sms, nggak terkecuali tiga ibu-ibu tiap minggu sama-sama kita bahas FT. Deg-degan karena Jumat ini kami harus setor 23 juta ke RS supaya anak ini bisa dioperasi Sabtu. Malam terus bergulir, kita nggak putus-putusnya berdoa supaya Tuhan mengetuk hati setiap orang dihubungi. Pelan-pelan dana itu masuk. Mulai dari anak SMP sampe orang tua, bergerak mengumpulkan dana. Akhirnya Jumat pagi sebelum pk 11.00 dana harus disetor bisa terkumpul disetor ke RS. Sabtu ini anaknya dioperasi. Walaupun kami masih harus bergerak karena dana harus tersedia sampe pemulihan pasca operasi, tapi sampai di sini Tuhan sudah menolong. Eben Haezer! Kita percaya Tuhan terus mencukupi sampai anak ini sehat kembali.

Pay it forward! Sure, why not?

No comments:

Post a Comment

Search This Blog