Saturday, May 26, 2012

Attachment Person

Selama kita tergeletak karena flu dua hari lalu, kita tidur sendiri. Jessie dengan papinya. Ternyata Jessie nggak bisa tidur. Bangun-bangun terus, cerita papinya. Akhirnya dari golek sana golek sini, dia tertidur pk 22.00. Pk 04.00 nyamperin tempat tidurku lalu tidur lagi di arah kakiku, supaya nggak ketularan.

Pagi-pagi pk 05.30 kita bangunin, karena mau sekolah. Tiba-tiba Jessie bilang, "Mom, koq lantainya seperti menurun ya?" Langsung kita raba lehernya suhu badannya hangat. Kita selidiki semalam tidur jam berapa, dst.nya, dst.nya. Jadi, dari keterangannya kita menyimpulkan anak ini hangat karena kurang tidur. Pantes aja lantai agak menurun, lha wong gliyeng... Lalu kita buatkan bubur instan, minumin panadol, tidur lagi sampe pk 08.00. Bangun-bangun dia udah seger.

Jadi rencankita berjalan cukup lancar, ambil bordiran urus surat izin praktek psikologi ke BNI UGM.

Sore-sore kita ngerumpi sama misua soal kondisi Jessie. Mungkin salah satu dampak buruk ketiadaan orang lain di rumah ya seperti itu. Pengaruh Mommynya terlalu kuat, sehingga jika jauh sedikit bisa kelimpungan. Mungkin memang attachment person terasa di usia bayi umur 7/8 bulan - kira-kira 2 taonan. Tapi, kalo anak hanya tumbuh besar bersama dengan orangtuanya tanpa campur tangan baby sutter or oma opa or lainnya, kelekatannya pada ibu amat terasa. Kita sih pelan-pelan mendekatkan Jessie dengan bapaknya, misalnya kita tinggal rapat ke gereja or tinggal ceramah. Kita berharap lama kelamaan dia terbiasa kita nggak hadir walau nanti selalu pulang. Di satu sisi hal ini mengharukan karena kelekatan anak pada ibunya sangat kuat. Tetapi di sisi lain agak mengkhawatirkan karena kemandiriannya datang terlambat.

Berarti kita harus pandai-pandai membuat keseimbangan supaya Jessie bisa mandiri tepat waktunya. Ikutan camp anak ke luar kota aja kali ya...

No comments:

Post a Comment

Search This Blog