Saturday, January 10, 2009

Setahun Kemudian

Desember taon lalu kita koq tiba-tiba kepikir motret saudara-saudaranya Papa dengan lengkap. Keinginan itu muncul aja tiba-tiba herannya ada sedikit feeling kalo bakalan ada mau 'berangkat.' Karena kala itu kita harus pulang ke Yogya menemani misua nggak dapet tiket ke Jakarta, kita pesan-pesan sama iparku Susan supaya pemotretan itu bener-bener dilaksanakan. Malah dia usul supaya pertemuan keluarga diajukan supaya kita masih bisa ikut. Keluarga memang bertemu. Boleh dibilang komplit, hanya kurang Mas Ade, Khun, Leo keluarganya Indra. Potret keluarga berhasil dengan baik. Everybody was happy that time.

Taon ini, saat keluarga kumpul, sedikit dateng. Anak-anak tuapeku (abangnya Papa) malah nggak ada bisa dateng. Dua adikku juga nggak bisa dateng. Herannya kita bisa bercanda lepas dengan tuapeku. Selama ini nggak pernah kayak gitu. Usia dia kan jauh di atas papaku, jadi kita sungkan. Malah deket sama dia itu adikku cer. Kita pegang-pegang kalungnya. Masih inget kata-katanya, "Ini kalungnya Feli. Ape cari-cari terus ketemu. Jadi Ape pake deh, dijadiin liontin." Dalam hati kita sempat sedikit kaget karena dia nyebut nama Feli, itu sepupuku udah almarhum long...long...long...ago. Dari sekian pertanyaan-pertanyaannya, kita bisa aja ngejawab. Rupanya dia kaget juga kala kita bisa jawab apa artinya P diberi tanda silang. Tanda itu mungkin ada di mimbar gereja-gereja Protestan. Katanya, "Sekarang namanya bukan lagi Paulus, tapi Paul X." Beberapa kali kalimat itu diulang-ulang.

kita heran takjub, dia ingat sama Khun. Padahal setahuku perjumpaannya dengan Khun bisa dibilang kurang dari lima kali. "Ini Khun 'kan? Betul 'kan?"

Pulang kumpul-kumpul itu tanpa maksud apa-apa kita membuat Papa Mama tetap berkumpul, sementara aku, Khun anak-anak pulang sama Didi. Kata Mama, "Ya, Ape ngomong melulu sepanjang jalan. Nggak ada abis-abisnya." Beberapa kali dia menany saudara-saudaranya Mama, ditanyain itu udah meninggal semua.

Pagi tadi, pas kita lagi pijat, hp ku bunyi. Papa telepon ngabarin kalo tuapeku meninggal. Keberangkatannya sungguh enak. Pk 04.00 masih disuapin soto, tiba-tiba sesak napas, dibawa ke rumkit, berangkat deh pada pk 07.15.

Rasanya pengen ke Jakarta, berkumpul dengan keluarga duka, tapi bonyok nggak ngebolehin, secara Jessie juga ditinggal sama papinya menjelang sekolah. Jadilah hari ini kita jalani dengan bersedih hati. Nyetir sambil kebayang-ba suasana pertemuan 31 Desember. Ketika itulah kita ahir kali melayani menyedi air minumnya. Saat itulah kita ahir menerima berkatnya sebelum pulang. Butuh setaon lebih 10 hari sebelum firasatku menjadi kenyataan. Ternyata ape mau berangkat...

Selamat jalan, Ape. Kalo ketemu Feli, salam ya dari Yaya.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog