Tuesday, April 7, 2009

Penghayatan

Kalo dari asal katanya, hayat itu sama dengan hidup. Dulu kita masih mengenal buku dengan judul ilmu hayat, nggak laen nggak bukan sama dengan biologi sama dengan sains pada generasi Jessie sekarang. Jika ditambah awalan peng akhiran an = penghayatan= berarti penghidupan. Menurutku bisa dikonotasikan dengan mencoba menghidupkan or menjadikan hidup.

Hari-hari ini tanpa kita bisa kendalikan, banyak ingatanku tau-tau lagi membayangkan sengsara Tuhan Yesus menuju penyaliban. Mungkin karena tahun lalu tiba-tiba kita mengalami kematian seorang sahabat, lalu bayang-ba kematian menjadi sesuatu akrab denganku. Tahun-tahun lalu, paling banter kita menghayati kematian-Nya hanya dengan mendengarkan khotbah Jumat Agung. Nggak seperti kala kecil, saat kita menghayati iman Khatolik, upacara sudah dimulai sejak Kamis, kita harus pakai baju warna gelap untuk menand kedukaan. Kala itu di Protestan kayak gitu-gitu nggak ditekankan.

Saat menghayati inilah kita melakukan pencarian ke dalam diri. Betapa banyak kekeliruan, salah dosa di dalam hidupku. Nggak usah berat-berat, soal melanggar lampu merah aja, sering banget kita melakukannya. Apalagi dosa lebih serius, hanya diketahui otakku nurani sengaja kita bungkam, agar tak ada rasa salah tak nyaman. Itu baru di tahap dosa. Belum lagi, ndablegnya kita kalo soal mengampuni. Padahal dilakukan Tuhan Yesus dengan kematian-Nya adalah menanggung dosa umat manusia agar manusia beroleh pengampunan. Seharusnya kan kita juga mau bisa mengampuni, tetapi nyatanya........ hanya Dia lah tahu.

Saat-saat penghayatan ini juga menimbulkan gelisah tanya dalam diriku. Masak sih kita mau tinggal berkubang dengan dosa-dosaku? Kita jelas nggak mau. Berhari-hari mikirin ini sampai kita tiba di ujung pencarian: memahami dengan benar mewujudkannya dalam hidup sehari-hari.

Keliatannya pendek, hanya satu kalimat, tapi mewujudkannya perlu usaha keras, nggak jera jika suatu saat jatuh terpenting kita mau bertaut kepada-Nya, supaya kita senantiasa dikuatkan diteguhkan. Konkritnya: lebih giat ber-PA berdoa, hidup dengan penuh cinta kasih so kita jadi nggak marah-marah melulu sama anak semata wayang, bekerja melayani lebih sungguh-sungguh. Kita mau lihat ah resolusi Paskahku ini beberapa bulan ke depan. Kita juga terus mendo supaya bukan hanya kematian-Nya kita hayati tetapi juga meray kebangkitan-Nya, jadi kita selalu disertai-Nya karena Dia selalu berkata, "Jangan takut, hanya kuatkan teguhkanlah hatimu..."

No comments:

Post a Comment

Search This Blog