Friday, April 24, 2009

State of Mind

Siang-siang panas, hapeku bunyi, pertanda ada sms masuk. Ternyata dari Sr. Anna, PK di Kediri. Bunyi pesannya menggelitikku untuk menuliskan hal ini: Selamat memperingati Hari Bumi, 22 April. Green is not a color, it's a state of mind. Bagus nih pikirku, lalu muncul ide membalas sms dia dengan Green is not a merely slogan, it's a way of life.

Dia memang terkenal dengan gaya hidupnya hijau. Di Kediri, ada kelompok para miskin dibinanya untuk membuat tas belanja, tas peralatan mandi dompet uang receh dari bekas punch sabun mandi, obat pel, kopi, dll. Lalu hasil karya itu dijual.

Melalui perjumpaan-perjumpaanku dengan beliau, kesadaran untuk menyayangi bumi semakin dalam tertanam. Beberapa kali kita membuat posting tentang menghemat pemakaian kertas, memisahkan sampah kering dari sampah basah, dll. Di tengah-tengah ketak berdayaan melihat pak sampah mencampurkan sampah kering dengan sampah basah, kita mencoba usul ke Darwis (Dasa Wisma) untuk mengangkat topik tentang hal ini. Tapi, usulku kandas di tangan sang jubir. Selain itu kita usul juga ke ketua rapatku supaya notula rapat tak perlu diperbanyak, tapi dikirim via email, jadi nggak perlu buang-buang kertas. Toh, semua peserta rapat punya laptop internet bukan lagi barang mewah. Supaya notulanya nggak diubah-ubah, dibuatlah dengan file pdf. Ketua rapat sering kita hadiri setuju, cuma realisasinya masih harus dilihat.

Jadi, kita mulai dengan diri sendiri. Memisahkan sampah kering dari sampah basah, sudah biasa. Lalu, kita membantu kawanku mengumpulkan HVS putih baru terpakai satu sisi untuk dijadikan 'buku tulis' bagi sebuah sekolah di kawasan Adisucipto. Lalu, kita memisahkan kardus kertas warna dari kertas putih. kita tahu pasti semua itu didaur ulang ya di tempat pengumpulan kertas anfal. Jangan dikira jika rumah tangga nggak memproduksi kardus bekas, banyak sekali ternyata. Di rumahku sendiri, sebulan bisa 2 sampai 3 kg! Mengerikan!

Lalu ke mana-mana kita membawa sebuah tas kain kecil. Jadi, kalo kita beli sesuatu, tak perlu tas kresek. Bertepatan dengan itu, salah satu adik ipar mengirimi kita tas sehari-hari lumayan besar. Jadi, kalo barang kecil-kecil, kita langsung masukkan ke tas aja, gak perlu kresek. Pernah juga sih kita mengalami hal memalukan sehubungan dengan memasukkan belanjaan ke tas sendiri bukan tas kresek toko. Ceritanya kita beli kaset lagu daerah anak-anak di sebuah pusat kerajinan cukup terkenal di kota ini. Tau sendiri deh kota turis, siang itu toko juga kayak ublegan cendol, orang ramai berduyun-duyun beli cinderamata di sana. Selesai bayar di kasir, kita bilang ke kasir jika kasetnya nggak usah dipakein tas kresek, langsung masuk tasku aja. Lalu kita langsung pulang. Begitu lewat di sensormatic depan pintu masuk, bunyi tuh alarm!!! Kita aja lewat di situ. Langsung kita digiring ke dekat kasir terus tasnya diperiksa. Ketemulah barang toko itu masih tertempel di sana nota pembayarannya, untungnya nggak kita buang. Penjaga toko satpamnya munduk-munduk minta maaf. Malunya itu rek..., astaga!!!! Mungkin itu bikin kita kadang-kadang males bawa tas sendiri...

Pemakaian obat nyamuk semprot udah kita ganti dengan obat nyamuk elektrik baunya mild sekali. Semprot-semprot masih kita gun dengan frekuensi mat jarang adalah parfum. Untuk fave ku Channel 05 oles, jadi gak perlu semprot-semprot terlalu sering.

Kayaknya, banyak deh masih bisa kita lakukan untuk menghijaukan bumiku. Bukan untuk apa-apa, tapi supaya generasi mendatang, anakku termasuk di dalamnya, bisa hidup dengan lebih baik.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog