Thursday, April 24, 2008

Di Balik Layar

Kata pentas jadi akrab nih sama aku. Kalo kita sendoro sih pentasnya bisa diitung nggak lebih deh dari lima. Ini berkaitan dengan si Nona.

Andaikata nih jadwal pertunjukan pk 11.30, dia udah musti standby di sanggar tari sejak pk 06.30. Lama bener? Nah, kalo itu pastinya berhubungan dengan tata rias. Sejak pertama bergabung mulai pentas sana pentas sini, soal gerak tari sih nggak ada review ulang sebelum pentas. Lamanya persiapan itu semata- mata karena berdandan.

Kalo pas narinya biasa-biasa, dari rumah udah diminta pakai bedak dasar. Paling nggak foundation bedak. Tapi, kalo tarinya membutuhkan riasan khusus, kayak tari kelinci, riasnya semua dikerj di sanggar. Mungkin satu anak membutuhkan kala 30 – 40 menit untuk berhias. Dan, nggak sembarang orang boleh pegang riasan, karena itu menentukan tampilan si penari. Kalo lagi ngerias Jessie ini namanya Pak Hendrid, ciamik punya deh riasan dia, halus jadinya.


Karena kekhususan itu, makanya kalo ada enam penari, tinggal dikaliin aja tuh. Kira-kira 2 jam untuk dandannya aja. Belum pake kostumnya lama perjalanan menuju tempat pentas. Mending- mending kalo sampe di sana langsung naek panggung. Pernah kejadian Jessie harus menunggu 3 – 4 jam sebelum akhirnya naik panggung.

Jadi, selaen rias di sanggar, ada kru bertugas bawa alat rias ke tempat pentas, untuk perbaikan sebelum akhirnya mentas.

Kalo capek lelah kayak gitu, ngapain capek- capek ikut di sanggar tari? Mendingan di rumah nonton tivi apa jalan- jalan. Nah, balik lagi ke panggilan hati. Bicara soal ini, Jessie sangat menikmati saat-saat sebelum pentas. Ada aja diobrolin sama temen-temennya. Walaupun kita tahu, kadang- kadang dia harus tahan kalo udah sampe riasan mata or riasan rambut. Kalo pas nggak kebeneran ya…. sakit. Sebagai ortu negdampingin, kita menjumpai kekerabatan erat di antara orangtua sesame penari. Karena sering kumpul bareng makanya jadi kenal. kami menganggap ini latihan kehidupan sangat bagus buat Jessie. Dengan begini dia langsung praktik hidup di masyarakat heterogen, tidak didapatnya di sekolah. Dengan begini juga dia belajar artinya kerja tim, karena dia selalu menari di dalam kelompok. Dia juga bisa belajar sabar kala menunggu jadwal pentas, mengantri riasan antri memakai kostum. terpenting dia belajar bahwa berbeda itu sah- sah aja nggak ada salah dengan perbedaan. Bahasa ilmiahnya sih memahami individual differences, ha…ha…ha…

Sebelum pentas memang penuh dinamika, kami harapkan bisa memperkaya nuansa jiwa Jessie. Terus maju ya, Nak!

No comments:

Post a Comment

Search This Blog