Sunday, April 20, 2008

Sanctuary Pagi

Di mana pun kita hidup, suatu kali pasti terjebak rutinitas. Kita ngalamin pindah- pindah kota juga terjebak rutinitas, termasuk di kota kesayangan, Yogyakarta.

Sejak Jessie nggak mau lagi ditungguin sebelum masuk sekolah, kita langsung pulang. Ada efek positifnya sih yaitu kita bisa nyiapin sarapan perlengkapan kantor misua. Sebelonnya kita ngendon sama temen-temen di sekolah, lalu m ke sana m ke sini. Jadi triple deh keuntungannya: Jessie mandiri, misua well prepared ngirit jajan sana jajan sini.

Di luar itu ada manfaat luar biasa besarnya, kita menemukan sanctuary di jalan pulang. Jalan tempat sekolahnya Jessie itu kecil padat. Kalo pagi hari crowdednya bukan maen. Jadi, kalo abis drop dia kita ambil jalan pulang sedikit memutar. Jalanan ini sepi, namanya juga jalan desa. Sebagian udah diaspal, sebagian lagi aspalnya rusak berlobang-lobang. Di kiri kanannya banyak sawah. Nah, di sini nih kita biasa membuka jendela, menjalankan mobil dengan kecepatan sangat minimal, 10 km/jam memuaskan mata memandang sejuknya hijau di sekelilingku. Kita bisa memperdalam apa kurenungkan tadi pagi sambil menikmati udara segar. Kadang- kadang ditingkah suara anak berlari-lari, karena di dekat situ juga ada SD desa. Kalo hari ini keliatannya repot, kita merelaksasi benak dengan memandang langit melepaskan segala pikiran. Kalo pas ujan, tambah asyik lagi perenungannya!


Nggak lama, paling 5 – 7 menit, tapi karena kita melakukannya setiap hari, itu jadi seperti vitamin jiwa. Mungkin ini bikin hidupku terus bersemangat, walau kerjaan kayaknya bertumpuk-tumpuk. Be still and know that I am God (Psalm)

No comments:

Post a Comment

Search This Blog