Friday, February 6, 2009

To commit

Kita jadi tergelitik membaca salah satu posting di blognya temanku soal komitmen perkawinan. Keprihatinannya mencuat karena banyak terjadi perceraian di sana di sini.

Bagiku, menikah itu pilihan, bahkan pilihan bisa jadi masuk ke dunia penuh kebodohan. Orang jomblo nggak pernah dipusingkan dengan tetek bengek toleransi ora menyenangkan pasangan. Hidup mengalir seperti bebasnya udara. Sebaliknya orang menikah, selain direpotkan dengan berbagai macam persoalan, tapi juga meras nikmatnya surga dunia saat cinta itu terus bertumbuh dari hari ke hari. Apa pun pilihannya, masing-masing punya konsekuensinya.

Jika memilih menikah, berarti masuk ke sebuah perjanjian, diharapkan bersifat kekal adanya: sampai maut memisahkan kita, till death separate us. Bagiku, di sinilah komitmen itu menunjukkan dirinya.

Komitmen itu berasal dari kata to commit, secara sederhana artinya menjalankan. Ya, menjalankan or melaksan janji pernikahannya itu. Karena nggak ada keinginan 100% menjelma menjadi kenyataan, maka komitmen ini jadi krusial. Kayak kita sempet kaget setelah menikah ternyata pasanganku bukan 'orang pagi' tapi 'orang malam'. Padahal, kita sangat menyukai pagi bening hening. Begitu ketahuan perbedaan ini, kita dia sama-sama berusaha menyesuaikan diri. Bany kita gagalnya untuk menemaninya menjelajah malam. Abis, malam bagiku bagaikan selimut mengantarku tidur nyenyak. Kadang-kadang kita mengandalkan kopi untuk memelekkan matkita bandel ini. Pasanganku paling susah suruh bangun pagi, lha wong tidurnya malam. Makin malam, idenya makin mengalir.

Jadi, begitu deh. Kita dia mencoba menjadi pasangan tepat. Pernah nggak kesandung di dalam pernikahan? O, berkali-kali. Tapi, karena mengingat komitmen awal, pelanggaran kesalahan itu diteliti diselesaikan, lalu dilup dimasukkan ke kotak berkunci gembok ganda, kuncinya dibuang entah kemana. Isi peti itu tak bisa dikeluarkan lagi. Susah juga menjalankan kasih menutupi banyak segala dosa. Cuma, dari komitmen kayak gini kita melihat ada dinamika menarik gimana orang saling menyesuaikan diri hingga jadi pas satu sama laen. Dinamika itu berjalan terus setiap hari. Mungkin terlihat jelas kala udah jadi aki ninen. So pastilah, nggak bisa instan jadi, ada proses perlu dilalui.

Betullah pernyataan mengatakan, "setelah menikah, jadilah orang tepat untuk pasangannya."

No comments:

Post a Comment

Search This Blog