Sunday, June 17, 2012

Target

Semalam, kami berdua disuguhi film The Sitter. Begitu ngeliat lakonnya, kita langsung berasa nggak enak, karena thriller ini mengaduk-aduk rumah tangga orang. Karena nggak nonton dari mula, kita nggak tahu kenapa si lakon menjadikan keluarga baik-baik ini sebagai targetnya.

Karena si istri bekerja, kedatangan baby sitter prigel, trampil gemati jadi sangat menolong. Pekerjaan maju, rumah beres, mau apa lagi? Sampe tetangganya melihat suatu keanehan pada diri si baby sitter ini. Tapi ketauan kalo dia mau cerita ke si istri, tetangga itu akhirnya mati. Setelah pemakaman tetangga naas itu, si istri pulang bersama temannya, suaminya pulang dengan anak-anak baby sitternya. Di rumah, baby sitter ini seolah-olah tak tahu jika di kamar mandi ada orang. Hanya dengan kamisol terbuka dia membuka pintu kamar mandi, di dalamnya si suami sedang mandi. Jika mandi ya nggak pake apa-apa lah. Si suami langsung jengah, tapi si baby sitter menutup pintu sambil matanya mengerling gimanaaa gitu.

Adegan demi adegan makin lama makin serem, keliatan kalo si baby sitter ini pengen ngerebut sang suami, walaupun untuk itu dia harus membunuh sang istri. Kita nonton sambil ngeri-ngeri sambil teringan Fatal Attraction bertahun-tahun lalu.

Jadi emang bener setan ada di mana-mana, terutama dia menggoda rumah tangga baik-baik, aman tentrem berbahagia. Rasa aman di keluarga bisa terkoyak karena teledor tak meneliti siapa berusaha mendekati keluarga, tak berdaya mengatasi kerepotan berbagai tugas harus diselesaikan relatif pada kala bersamaan, kurangnya kala berkualitas di antara anggota keluarga tuntutan ekonomi semakin tinggi. Kalo udah mikir sampe ke sini, bisanya cuma berdoa supaya Tuhan melindungi keluargkita keluarga-keluarga di dunia. Jangankan sebulan ke depan, semenit berikutnya kita juga tak kuasa mengetahuinya. Selain doa, suami istri ya harus alert dengan situasi zaman. Mengikuti zaman tanpa terhanyut, bukan perkara gampang. Makanya suami istri harus bergandeng tangan mengarahkan biduk keluarga ke tempat aman.

Jadi inget ucapan selamat dari pendeta kami saat kami menikah, "Khun, Ian, selamat menempuh hidup baru, selamat memperjuangkan hidup bersama."

No comments:

Post a Comment

Search This Blog