Tuesday, July 24, 2012

Gamang

Di sebuah komunitas kita ikuti, ada seorang ibu dengan dua orang anaknya. Pertama kali kita melihatnya, langsung timbul pertanyaan dalam hati tentang pekerjaannya. Kita cuma mau tahu aja, karena jarang ada ibu seperti ini. Anak-anaknya pun punya cara unik kala memperhatikan orang lain. Kita belum berhasil mendekatinya, karena ia selalu duduk agak menjauh dari kami setiap kali kami berkumpul.

Suatu kali muncul sas-sus jika ibu itu pernah dijumpai di perempatan sedang mengamen dengan anak-anaknya. Seperti biasa, kita cuek dengan sas-sus itu, karena bagiku itu bukan urusanku. Jika mau ya ditolong, kalo nggak ya nggak usah diributin or digosipin, buang-buang kala nggak ada faedahnya.

sore, setelah pulang rapat kita berhenti di perempatan Pingit. Lagi asyik-asyiknya mikir, di sebelah kananku melintas seorang ibu sedang begging dengan anak di gendongannya. Set!! Kayaknya kita koq nggak asing dengan wajah ini, lalu kita perhatikan lagi. Wjah sebagian etrtutup topi itu ternyata ibu-ibu sering mengundang tanya di hatiku.

Saat itulah muncul kegamangan dalam diriku. Gimana ya jika dia menghampiri jendela mobilku? Jika kita memperlihatkan bahwa kita mengenalnya, dia malu apa nggak ya? Padahal jelas-jelas dia menutupi mukanya dengan topi agar tak dikenali. Jika kita nyuekin dia, dia tersinggung nggak ya? Eee...h bener, dia menghampiri jendelaku. Dengan cepat kita memutuskan untuk menatap ke depan sambil menunjukkan penol dengan tanganku. Kala kita melakukan itu, kita hanya tidak ingin dia malu lalu nggak muncul lagi di komunitas kami.

Sampai lampu hijau kita sudah di rumah, kita masih terus memikirkan ibu itu. What should I do actually? Kita jadi pengen mendekatinya di kala pertemuan kami nanti. Mungkin kita bisa memulai dengan pertanyaan, "Kayaknya saya ketemu ibu Sabtu lalu di Pingit?" Emang kalo gini cara bertanya model Yogya paling cucok, muterlah dulu sampai ke Solo baru balik lagi dengan pertanyaan semakin fokus. Intinya kita pengen menjenguk ke jendela hidupnya, kan gimana-gimana juga kami rutin bertemu. Pastilah ada alasan mengapa sampai ia menjadi seperti itu. Hanya, jika sas-sus itu benar adanya, mungkin sebaiknya ada tindak lanjutnya. kalau-jika ada sesuatu bisa kita bantu untuknya.

Dunia memang sedang bersusah...

No comments:

Post a Comment

Search This Blog