Friday, July 20, 2012

Icip-icip Mas Londo

Mungkin Yogya terlihat sebagai target pesir kuliner menjanjikan. Nggak heran, banyak resto muncul di sana di sini. Bahkan rumah-rumah kuno berubah wajah jadi resto or warung kopi. Tempat kost ku dulu di Sagan juga berubah menjadi seperti itu. Itu hanya salah satu contoh nyata.

kami datangi beberapa hari lalu itu resto di belakang toko meat and grocery. Keliatannya boleh juga, jadilah kami mencobanya. Untung saja Jessie sudah m sehabis renang, jadi jika pun tak ada menu cocok buatnya, kami tenang, karena dia sudah makan.

Begitu disodori menu, kita lihat pertama itu harga teh hangat. Ternyata...9.500. Wah, ini kejutan. Jadilah kami mencoba menu-menu ringan, harganya terjangkau. Kalo udah begini nih, realistis aja. Daripada mesen menu keliatannya enak tapi nggak cocok sama selera lidah, bisa berbuntut-buntut penyesalannya. Akhirnya kami memilih steak sandwich, beef that salad soup cream mushroom.

Nah, di depan resto itu, hanya terpisah lemari pembatas, ada tokonya. Sambil nunggu pesenan dateng, kita liat-liat ke sana. Segudang nama asing menyerbu otakku. Dari sekian puluh item, paling kita kenal hanya yoghurt oatmeal. Nah ini asyiknya bertualang kuliner, jadi tahu ini itu. Cuma malam itu kita males bertanya, hanya menyerap aja nama-nama itu. Suatu kali kan ketemu kalo baca majalah or koran.

Tunggu punya tunggu, keluarlah snack stick keju, free of charge, lumayan enak. Agak padat sih, nggak kayak stick keju biasanya. Nggak lama keluar tuh teh hangat 9.500. Buset deh, cangkirnya gedhe banget, ditambah biskuit kelapa antik rasanya. Jadi, penting cara penyajian, maka harga mengikutinya, he...he...he...

Steak sandwich datang, waw....lumuran lemak dari striploinnya sungguh menggiurkan. Empuk lagi, jadi ayem makan. antik itu beef saladnya. Dagingnya empuk rasanya enak. Cuman nih salad, mungkin karena dari Thai, jadi ada sounnya. Bawang merahnya juga lumayan banyak. Sampe sini sih kita masih bisa menikmati merasa enak. Suatu kali, tergigit sesuatu, begitu digigit rasanya aneh menguar semacam wangi daun or biji-bijian. Kita sampe nyariin tadi ngegigit apa ya. Karena kita nggak gitu suka, makannya jadi berhati-hati. Beberapa kali masih terjadi, sampe Jessie pikir kita m daun seledri. Padahal daun seledri kan keliatan udah dipinggirin semua. Kita menduga itu semacam biji kecil berwarna hitam, tapi gak tahu namanya.

Bersamaan dengan cream soup disajikan roti panjang dengan daun-daun ikut dipanggang. Tuh roti rasanya enak, hanya toppingnya itu antik, warnanya hijau kehitaman. Kalo nggak salah sih ada pastillo-pastillonya. Jessie kalo udah liat makanan agak-agak gelap begitu langsung nolak (untung rawon sama brongkos masih doyan, itu mas andalan ibunya je).

Jadi, kesimpulan malam itu, musti berani nyoba. Suatu kali jika berada di tempat asing samsek, nggak lari ke fried chicken mulu. Malam itu lidah dikorbanin sedikit, indra pengecap dibiarinin bertemu rasa aneh-aneh, untungnya lambung pencernaan nggak berontak.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog