Tuesday, July 3, 2012

Merindukan si Bungsu

malam, sekitar pk 23.00, hp ku berbunyi. Seperti biasa, jika sms masuk pada jam-jam nggak biasa, mesti ada berita penting. Ternyata induk semang kost ku meninggal dunia. Memang kita pesan sama cucunya sering ketemu supaya jika ada apa-apa sama omanya, kita diberitahu.

Cukup lama kita nge-kost di tempatnya, hampir 9 tahun. Dengan empat orang juga hampir sama lamanya beberapa teman silih berganti. Banyak hal kita pelajari dari beliau, terutama kerapihan penampilan. Salah seorang adik kelas kaget kala bertemu kita setahun lalu, "Lho, Mbak? Sekarang koq nggak seperti kala kuliah? Dulu baju, sepatu sampai anting-anting tas senada semua. Sekarang Mbak nyaman dengan jins oblong ya?" Nah, sampe segitu pengaruh Tante sama aku, walaupun kita tak menyadarinya. Belum lagi sikap hidupnya. Semakin Tante diam, semakin keras nyata apa mau diungkapkannya. Pernah nih teman-teman meray ultahku dengan masak indomie goreng sekuali gedhe. Begitu kita pulang rapat buka pintu kamar, mereka langsung teriak. Padahal udah malem banget kala itu, sekitar pk 10.00. Sesudah itu dengan sendirinya kami ber sst...sst...sst...ria, khawatir Tante terganggu. Kamarku di sebelah kamarnya Tante. Besokannya kala sarapan Tante lewat, dia hanya diam tak berkomentar tentang berisik-berisik malam sebelumnya. Tapi dari raut wajahnya kami tahu dia memaklumi anak-anak kostnya kadang-kadang masih kayak bocah padahal sudah mahasiswa.

Induk semangku ini meninggal dalam usia sekitar 90 tahun. Kala layat kita kembali bertemu dengan anak-anaknya dulu kita panggil Mas Mbak, serta cucu-cucunya sebaya dengan aku. Ada salah satu cerita jika Tante udah hampir 5 tahun nggak bisa mengeluarkan suara. Sebelum meninggal ini sudah tiga kali kritis. Pada kondisi kritis ketiga, anak, menantu, cucu, cucu mantu cicit sudah meminta maaf, baik langsung hadir di sekitar Dia or pun melalui telepon. Ketika anak bungsunya telepon, tiba-tiba Tante mengucapkan namanya dengan suara sudah 5 tahun tak pernah terdengar. Anak bungsunya kala telepon berada di Yogya langsung berangkat ke Ciamis. Dia mencuci kaki ibunya meyakinkan ibunya bahwa hidupnya oke. Tak lama kemudian Tante berpulang.

Ternyata dia merindukan anak bungsunya di alam bawah sadarnya. Memang menurut penelitian, jika seseorang sudah tak berdaya apa-apa, koma or hampir meninggal, salah satu organ masih berfungsi dengan baik yaitu telinganya. Ajaib memang, namun itulah kenyataannya. Mungkin itu sebabnya, pada pasien-pasien koma, suara dari orang-orang terdekat dalam hidupnya disinyalir dapat mengembalikannya ke alam realita. Or pada orang-orang hampir meninggal, bisikan bahwa semua merel kepergiannya dapat melapangkan jalannya ke alam baka.

Melalui misa requim siang ini kita kembali menghayati bahwa hidup manusia ini seperti bunga ilalang, hari ini ada esok hilang. Selamat jalan Tante Nardi.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog