Friday, July 20, 2012

Menepati Janji

Suatu kali kita Jessie bermain ke kawan sudah lama tak kami kunjungi, saking sibuknya kita menjalankan usaha. Nah, pas mau pulang, tiba-tiba aja kita nanya apakah temannya anakku ini mau ikut. Langsung dia mengajuk mamanya supaya diperbolehkan ikut. Kita pikir, karena kami lama tak bertemu, manalah mungkin dia masih lengket dengan aku, nggak taunya salah duga.

Lalu mamanya bilang kalo Natal nanti Matthew menari di gereja. Spontan kita Jessie menjawab jika kami datang melihatnya menari. Pertama-tama sih supaya dia nggak mengajuk, tapi juga karena senang melihat anak kecil menari.

Hari berlalu seolah tertiup badai, begitu cepat padatnya setiap hari. Hingga di tanggal 19 Des lalu, kita kelelahan karena berbagai acara di sing hari. Kita baru nyampe rumah lagi sekitar pk 14.30, padahal acara mulia pk 16.00. Tambahan, Jessie mengelak untuk pergi dengan alasan lelah. Tapi, di matkita terba seorang anak menanti-nanti teman Iienya sebelum dia menari. Terba kekecewaan merusak Natalnya seluruh liburannya, bahkan mungkin juga tertoreh luka di hatinya karena janji tak ditepati. Kita paling pantang jika janji tak ditepati, hari inilah kita diuji.

Akhirnya kita bujuk-bujuk anakku supaya mau datang ke Natal itu melihat temannya menari. Dengan visualisasi dari papinya, anakku langsung berangkat. Papinya hanya mengatakan, "Nanti dia menari sambil nangis lho, Ciecienya nggak datang."

Selama kebaktian Natal, pengkhotbah begitu luar biasa membaw kisah Natal Pertama, hingga anakku begitu menikmati kebaktian itu. Satu hal penting Jessie kita pelajari adalah betapa pentingnya menepati janji kepada seseorang. Sekali pun untuk itu kita harus mengalahkan penatnya kaki menginjak kopling. What a precious Christmas!

No comments:

Post a Comment

Search This Blog