Jika musim ujian seperti baru saja dilalui Jessie, mulutku mungkin nggak berhenti-hentinya memintanya supaya teliti membaca soal. Sekali pun kebiasaannya belajar pagi belum banyak berubah, semua itu masih dapat diatasi. Malam tidr jam 20.00 tiap pagi bagun pk 03.00 untuk belajar hingga bahan dikuasai. Tetapi, semua itu hancur jika tidak teliti membaca soal.
Terus terang kita nggak begitu yakin sama ketelitiannya, terutama dalam matematika. UAS kali ini juga kita mengingatkannya supaya teliti. Matematika itu nggak ada susah, tapi ada adalah kesalahan jawaban karena kurang teliti. Kesalahan umumnya terjadi pada anakku itu, kelompatan jika diminta mengurutkan bilangan. Lalu, kadang-kadang kalimat matematikanya sudah betul, jawaban akhirnya salah angka, jadilah berkurang nilainya.
Kala ahir kita bilangin supaya teliti, kita udah khawtair. Hatiku nggak tenteram melepas dia ulangan hari itu. Entah kenapa. Beberapa hari kemudian, keluarlah nilai ulangan matematikanya, cukup mengejutkan aku: 77,6! Langsunglah keluar petuah-petuahku sampai dia mengerti betul kenapa kita menghendaki nilai di sekitar 85 untuk UAS. Kita nggak pernah menuntut nilainya 100, tapi juga nggak boleh seenak-enaknya cuma di kisaran 70-80.
Apa mau di kata, nasi telah menjadi bubur. Mungkin saja ini pelajaran buat ibunya ini supaya menerima hasil sekadar cukup-cukupan. Terlalu mahal harganya jika karena hanya kurang teliti nilai menjadi 77,6....
No comments:
Post a Comment