Sunday, July 1, 2012

Diglot

Ulang tahun kali ini ada hadiah istimewa dari sahabat keluarga kami, sebuah Alkitab diglot. Kado ini se mengukuhkan keseriusanku untuk memelajari teologi.

Jangankan orang lain, bapakku aja bingung kala kita beritahu jika sekarang kita kuliah teologi. "Emang mau jadi pendeta, kuliah koq teologi?" Nadanya biasa lah, agak-agak bernuansa kolong walau udah purna bakti sekian tahun lalu.

Pertanyaan kenapa itu terus mengikutiku setelah kita mendengar khotbah Pdt. Rudy Budiman di GKI Taman Cibunut, hampir seperempat abad silam. Kala kita cerita ke Papa kalo mau masuk teologi, Papa nggak bisa tidur. Dia berpendapat teologi itu ilmu abstrak nggak bisa buat hidup. Lalu kita disarankan masuk ke fakultas agak-agak mirip teologi. Jadilah kita ke psikologi.

Tahun-tahun berlalu, tapi keinginan itu terus bercokol di dalam hati. Sampai, kita berani menuliskan resolusi tahun 2006 untuk sekolah theologia. Tapi, setelah menulis resolusi itu, hambatannya makin menjadi-jadi, mulai dari biaya, waktu, multiple task sampai niat.

Tahun ini, kita dapat cukup banyak dividen usaha, cukup untuk biaya kuliah satu matkul satu semester. Cepet-cepet deh kita mendaftarkan diri melunasinya. Biasa ibu-ibu, ada uang sedikit larinya ke seprei apa kuali, ha...ha...ha...! Jadilah kita kuliah lagi.

Nah, di ulang tahunku ke 43 ini kita dihadiahkan Alkitab dwi bahasa: Indonesia - Ibrani. Bacanya aja kayak buku Jepang, dari belakang. Lalu bahasa Ibrani dibaca dari kanan ke kiri, seperti bahasa Arab. Cuman kita belum ambil tuh matkul Ibrani, paling kita deketin dulu aja dosennya, supaya dikasih kunci-kunci untuk mengetahui huruf tulisannya.

Resolusi 2006 terwujudkan di 2009. Sekarang, kita mau bertekad ah supaya selesai di tahun 2016, pas di ultahku ke-50. Semoga dikabulkan ya?

No comments:

Post a Comment

Search This Blog